Is Our Social Media Really Toxic, Like You Guys Said?

Di departemen tempat aku dulu bekerja, setiap hari Jumat ada sharing session dengan tema bebas. Kebetulan beberapa minggu yang lalu aku berkesempatan untuk hosting kegiatan tersebut. Aku sebenernya bingung waktu itu mau bikin diskusi apa karena bener-bener nggak ada ide 😂

Terus entah kesambet dari mana, aku memutuskan untuk bahas sosmed. Cuy, kami anak FAT tapi bahas sosmed, tapi yaudah gak sih? Orang tema nya juga bebas.

Setelah pergolakan batin dan lihat-lihat sikon, aku memutuskan untuk bahas "Is Our Social Media Really Toxic, Like You Guys Said?" wkwkwk, aku melemparkan bola nya ke audience. Aku sebenarnya ada alasan kenapa bisa bilang seperti itu karena I never think MY sosmed is toxic. Aku suka dengan apa yang ditampilkan di timeline ku, aku suka karena aku bisa dengan bebas menentukan topik dan trend apa aja yang mau aku lihat. See?

https://i.pinimg.com/564x/54/8e/86/548e86df3f8e0e1e8c5dacdd0b419205.jpg 

sumber

(Oke bhaiq, sebenarnya aku punya PPT yang agak-agak bisalah dilihat untuk topik ini, cuman berhubung saya sudah resign dari kantor sebelumnya dan lupa untuk mengamankan beberapa file jadi yah, PPT tsb juga hilang. Hiks).

Jujur karena waktu itu waktunya sudah mepet, proses risetku itu sangat singkat dan nggak mendalam. Jadi aku cuma menampilkan hal-hal yang ada diatas saja, mungkin akan coba aku jabarkan disini secara lebih rinci kali ya?

Is Our Social Media Really Toxic, Like You Guys Said?

Design yang Adiktif

Jujur aku nggak ngerti tentang design dan tata letaknya, tapi dari beberapa sumber yang aku baca, sosmed itu memang dirancang untuk membuat kita, sebagai user itu kecanduan. Mungkin ada hubungannya dengan arus informasi yang kuat di internet jadi orang-orang butuh mengkonsumsi informasi secara cepat, dan akhirnya design nya dipengaruhi oleh hal-hal tsb. Reels? Video singkat?

Kalo menurut artikel ini, para petinggi sosmed ingin membuat kita semakin kecanduan dengan cara membuat algoritma yang ada akan menjerumuskan kita (serem amat bahasanya) ke "sensational, the most shocking and the most damaging news". 

How to Use It Right

Aku pernah lihat video di Youtube yang topiknya mirip dengan tulisan ini, dan aku setuju dengannya tentang beberapa hal:

Follow Family, Friends and Positive Acquitances

Menurutku, sosmed itu diciptakan salah satunya sebagai sarana komunikasi kita dengan teman dan keluarga yang tinggalnya saling berjauhan. Kita udah nggak perlu nungguin balasan surat dari mereka yang mungkin baru datang 1 minggu kemudian, kalau pakai chatting apps bisa dalam hitungan detik pesan kita tersampaikan.

Selain itu, memang ada baiknya kita follow orang yang memberikan dampak positif ke kita aja. Nggak usah deh cari-cari penyakit dengan follow orang yang nggak sejalan dengan kita. Salah satu tujuan utama sosmed kan sebagai sarana komunikasi.., what I really mean is surround yourself with positive people aja.

Follow Orang yang Align With Your Goal & Inspire You

Masuk ke tier selanjut nya dari orang terdekat di sekitar, kita bisa coba untuk follow orang yang sesuai dengan tujuan & orang yang inspire you. Mungkin ada yang ingin jadi banker, atau jadi digital sosmed guy atau apapun itu.., kita bisa coba follow akun-akun yang relate dengan hal itu. Harapannya ya biar kita bisa mencapai tujuan kita.

Aku juga follow beberapa artis/musisi yang aku suka, karena.. ya aku suka karya mereka and I don't want to miss their work 😂. Terkadang jalan hidup mereka juga bisa jadi bahan pembelajaran bagiku untuk terus maju dan ora klemar-klemer.

Choose Your Entertainment

Sejujurnya aku masih nggak paham kenapa masih ada orang yang follow akun-akun julid di sosmed??? I mean.., ngapain? I can't say nothing selain 'ngapain'. Ada banyak pilihan entertainment diluar sana yang lebih oke daripada akun-akun julid.

***

Kalau dari aku sih ada beberapa tambahan biar kita nggak merasa kalau "sosmed itu jahat", here's what I got:

Batasi Screen Time

Kita nggak perlu untuk mengakses smartphone kita setiap saat, atau scroll-scroll nggak jelas yang mungkin juga nggak ada faedahnya. Aku pernah terjebak dalam masa (kalau kata orang-orang) "Mindless Scrolling". Basically, itu cuma kegiatan yang bener-bener nggak mikir, cuma scrolling nggak jelas dan nggak ada tujuan dan nggak ada niatan untuk berhenti scrolling

Yang aku rasakan waktu itu adalah, otakku berhenti sejenak dari segala keribetan dunia yang sedang terjadi. Hampir setiap hari dulu aku bisa kayak gitu...., waktu itu aku sadar apa yang aku lakukan salah kayaknya karena bosan dan merasa... everything is messed up.

Terus akhirnya aku mulai gunakan fitur screen time tapi nggak yang langsung tiba-tiba BANGET menghentikan aktivitasku dari sosmed, pelan-pelan ajah..

Skeptisisme

What I really mean is.., please be mindful bahwa semua yang ditampilkan di sosmed itu belum tentu 100% benar, belajar berpikir secara logis dan analitik (well, I'm still working on it juga). Ada baiknya memang kita harus cek lagi dengan berita-berita yang beredar.

***

Lalu, dengan semua hal yang sudah ku jabarkan diatas apakah tetap membuatku berkata sebaliknya? Ya nggak sih, bagiku sosmed mah emang nggak toxic 😂. I'm just being (and still learning to be) mindful dengan segala konten yang aku konsumsi.

Beberapa hari ini membuatku berpikir kalau.., yah mungkin ada baiknya kalau aku kembali put things together again. Terus kepikiran untuk mengaktifkan blog ini lagi yang sudah sangat lama tidak update. 



Komentar

Postingan Populer