Down the Rabbit Hole


Sebelum aku menulis tentang hal ini, aku sepenuhnya sadar kalau aku sudah jatuh ke lubang kelinci. Sudah beberapa bulan terakhir ini aku masuk ke lubang kelinci dan berusaha sedikit-sedikit untuk keluar walaupun juga kadang jatuh lagi 😂. 'Rabbit Hole' yang aku maksud disini ada 2 (kalau kebanyakan nanti pusing) dan aku akan bahas satu persatu.

SOSIAL MEDIA

Screen time aku nggak jelek-jelek amat. Sehari cuma sekitar 3/4/5 jam aja, yah faktor terbesarnya adalah aku kerja jadi nggak ada waktu untuk buka handphone setiap saat. Jadi siangnya aku iya buka handphone tapi cuma sekedar buka WhatsApp atau email, Instagram dan Twitter juga buka tapi cuma sekitar 30-40 menit aja setelah itu langsung tutup karena sudah harus balik menghadap laptop.

Tapi, lain cerita saat aku sampai rumah. Setelah sekian jam otakku disuruh bekerja keras dan cepat, wajar dong kalau aku mencari hiburan lewat handphone aku? Entah aku buka Instagram, Twitter (yang isinya tumpahan drama nggak jelas, heran juga kenapa yang begini-begini selalu muncul di timeline padahal aku sudah berusaha untuk stay away from it -_-), atau Youtube-an. Kalau ingin divisualisasikan dalam sebuah angka, mungkin aku akan merasa cukup melakukan aktivitas tersebut sekitar 1 jam sampai 1,5 jam aja.

TAPI, setelah itu aku sebenarnya sadar "oh aku seharusnya sudah berhenti", tapi aku terus-terusan buka-tutup aplikasi-aplikasi tersebut kayak berusaha mencari apa nih yang kira-kira menarik dari sini? Oh apa nih yang aku ketinggalan? Oh apa nih yang belum aku lihat? Dan ujung-ujungnya kegiatan scrolling-ku itu kayak pointless, nggak membuat perspektifku bertumbuh, pointless, pointless banget. Aku pernah hampir 3 jam setelah pulang kerja nggak beranjak dari kursiku cuma gara-gara itu.

Aku tau kegiatan itu salah dan nggak baik untuk diriku sendiri, aku takut jadi ketergantungan dan nggak bisa terlepas dari hal itu. 

Aku akhirnya berusaha untuk mengalihkan 'ketergantungan'ku ke hal-hal lain misalnya aku baca novel, main sama kucing, melamun di teras rumah (ini asik sih WKWKWK), gambar, dkk. Jujurly, memang susah sih karena aktivitas tersebut belum bisa memberikan kepuasan dan kesenangan yang aku rasakan saat main sosmed. Jadi aktivitas tersebut cuma bertahan 30 menit sampai 1 jam saja per hari nya. 

Tapi nggak apa, semua butuh proses 💪.


AKU TERLALU BERKUTAT DENGAN DIRIKU SENDIRI

Dari segala drama kehidupan yang datang silih berganti, entah kenapa ada suatu masalah yang tentu saja tidak akan aku sebutkan disini karena hanya cukup 2 temanku, diriku, dan Tuhan yang tau. Lainnya nggak perlu soalnya nggak relate WKWKWK 😂. Masalah ini sama seperti sosmed yang entah dengan sihir apa bisa bikin pikiranku hanya kepecah jadi 3 hal, yaitu kerjaan, masalah ini, dan pekerjaan rumah. Udah cuma bener-bener itu doang yang aku pikirkan sejak sekitar yah mungkin tahun ini. Dia ini sifatnya bukan yang setiap hari bikin aku kepikiran, tapi sekalinya kepikiran aku langsung mleyot lalu mules dan tidak bersemangat menjalani hidup, bawaannya pengen tidur terus.

Ngerti nggak sih mules yang bikin perut nggak enak seharian, nggak enaknya sampe ke ulu hati dan rasanya ingin ke WC tapi nggak ada yang mau dikeluarkan! That's it! Itu! Mules yang itu! 

Berbulan-bulan aku sebenarnya mencari jawaban, validasi dan kepastian dari masalahku ini. Entah aku baca tentang pendapat orang, baca tentang cerita orang, nonton Youtube atau baca artikel-artikel yang ada hubungannya dengan itu. Tapi tetep aja aku nggak menemukan titik terang.. dan aku merasa--sering merasa dengan mencari validasi tersebut aku semakin tidak yakin dengan diriku sendiri.

Dan selama berbulan-bulan itu aku selalu berkutat dengan diriku sendiri, aku lelah sebenarnya, aku pernah untuk coba untuk menulis tapi yah, sebenarnya tidak terlalu meredakan kegelisahan. Tapi aku jadi tau apa yang aku rasakan. Lucunya, kemarin setelah libur lebaran aku pernah bilang ke diriku sendiri, "ini kalau aku masih nggak baik-baik aja sampai seminggu kedepan, fix aku mau ke psikolog". Turns out aku malah jadi biasa aja karena ada trigger yang lebih besar, yaitu CLOSING 💩. 

Jadinya gimana? Ya nggak jadi lah wkwk, udah agak lupa duluan kasarannya xixixi.

Kemarin Sabtu ini, aku ketemuan sama temanku, kita cuma jalan berdua. Sebenarnya beberapa jam sebelum pertemuan itu aku sempat batin "ini kayaknya aku harus cerita deh", tapi kadang juga berubah pikiran "halah nggak usah deh". Aku sebenarnya cuma pengen didengerin cuman mindset-ku saat aku main dengan temanku, aku nggak mau merusak suasana dan cuma ingin menikmati kegiatan tersebut. Kayak ogah dulu deh mikirin yang berat-berat.

Tapi yaudahlah aku cerita aja.

Ternyata kisah kita saling relatable, dan aku sangat terharu *mleyot* 😭.

Walaupun kita sama-sama nggak menemukan jawaban, tapi yaudah nggak apa. Aku cuma ingin cerita dan didengar dan divalidasi 😂.

***

Buset, panjang bener aku nulis. Tapi nggak papa, aku yakin semua orang sedang berusaha keluar dari lubang kelincinya masing-masing.




Komentar

Postingan Populer