September : Cara Aku untuk Hidup Lebih Nyaman

  

dokumen pribadi

 
Setiap tahun, memang selalu ada saja topik-topik menarik untuk dibahas. Apalagi tahun 2020, 2020 is such a legend for me yet its annoys me to the core. Ngomong-ngomong tentang 2020, dari Januari aja udah ramai tentang penyakit aneh yang saat itu tidak diketahui apa, kenapa dan bagaimana, dan ternyata itu adalah Covid-19. Jujur aku baru paham dan ngeh tentang Covid-19 setelah ada berita super spread yang dari Korea Selatan itu, aku sampai batin : "ok, ini kayaknya bakal ngeri deh". 
 
Terus ramai lah tentang segala hal tentang kegiatan #dirumahaja. Mulai dari kerja (work from home), sekolah (school from home), dsb. Sebenarnya, aku nggak pernah mengalami hal-hal seperti ini, kayak gini baru buat aku dan aku yakin untuk sebagian besar dari kita juga. Selama kegiatan #dirumahaja berita-berita jelas tidak akan surut semudah itu ferguso, lalu muncul lagi = masker yang langka, kegiatan belanja besar-besaran, bantuan kuota, potongan UKT, protokol kesehatan untuk segala kegiatan, berita PSBB, pilkada (this is the real tea HAHA), terus berita pelakor-lah, saling spill teh lah di sosial media, dsb dsb dsb.

Capek gak sih? Kayak kalau diibaratkan "aku ini kayaknya online 24/7 di internet kok selalu ketinggalan berita ya?" (ya nggak selalu online 24/7 juga sih, tapi kita ibaratkan saja, ya). Otak kita dipaksa untuk terus-menerus menerima informasi: mulai dari yang receh, biasa saja sampai informasi yang penting. Aku kadang sampai ngos-ngosan melihat timeline Twitter-ku (I don't pay much attention di Instagram, karena cuma buat liat online shop lucu, ngeliatin story orang yang kebanyakan aku skip aja HAHA), yang isinya dari A s/d Z, dari 0 sampai 9 dan itu beneran capek.

 sumber

Kalian ngerasain gitu juga nggak?  

***

Lalu aku berpikir aku harus melakukan sesuatu tentang hal ini (jika aku merasa kalau timeline ku ini isinya udah nggak bener atau isinya kebanyakan sampah). Well, aku tidak memungkiri kalau ada teh yang lewat, aku akan baca juga (tapi tergantung juga sih teh nya apa). Jika dijabarkan, maka ini adalah "Cara Aku untuk Hidup Lebih Nyaman" :

  1. Akui sajalah kalau timeline kita isinya sudah tidak mendidik.

    Setiap orang punya pandangan sendiri tentang definisi tidak mendidik itu. Aku rasa definisi tidak mendidik adalah ketika timeline ku isinya kebanyakan berita-berita negatif yang sebaiknya tidak dikonsumsi (you what I mean, kan?).

    Rasanya kayak hati itu gelisah, kepala jadi ikutan pusing dan bingung, "kenapa timeline aku begini, ya?", "aku follow apa aja sih?", "kok muncul beginian? Aku habis ngapain emangnya?". Kalau kalian dalam posisi seperti itu, tandanya kita sudah mau mengakui bahwa timeline kita harus diperbaiki agar mencapai ketenangan hidup. 🙌

  2. Gimana caranya biar timeline kita jadi 'lebih enak dipandang?'

    Biasanya aku hanya melakukan 2 hal ini :
    • Kita bisa mute topik atau kata-kata tertentu yang sekiranya kita nggak ingin hal tersebut muncul di timeline kita. Now, do that!

    • Seleksi lagi siapa yang kita follow di sosial media. KALAU AKU, aku unfollow akun-akun yang sudah lama tidak aktif lagi dan akun-akun yang tidak memberikan dampak positif ke aku. Gampang, kan? Btw, aku lebih suka follow akun-akun jokes atau yang isinya meme gitu, walaupun itu dark jokes (HAHAHA). Aku suka follow gituan, karena lucu.... tapi jika jokes-nya sudah keterlaluan, biasanya akan aku unfollow.

    Oya, teman-teman, sebelumnya aku tidak terlalu paham kerja dari algoritma dari setiap sosial media yang aku punya juga 😓 jadi aku selama ini hanya melakukan 2 hal diatas. Kalau misal ada yang paham algoritma dari sosial media yang kalian tahu, bisa share di kolom komentar ya!

  3. Apa langkah selanjutnya?

    Sebenarnya ada cara lainnya seperti selalu log out setelah menggunakan sosial media, deactive akun sosial media, uinstall aplikasi sosial media, dsb. Terserah sih kita mau pakai yang mana, tergantung kebutuhan dan pilih saja cara yang membuat kita nyaman.

    IMO, ya IMO. Sosial media tidak se-toxic itu kok. Kita yang punya sosial media, kita yang bisa mengatur isi sosial media kita, kita yang mengatur diri kita sendiri. Memang kadang perasaan manusia tidak bisa dikontrol yang sampai ketat atau saklek banget, tapi kita bisa mulai belajar dari diri sendiri, mengambil pelajaran dari kejadian orang lain atau kalau kalian benar-benar tidak kuat, tolong cari bantuan profesional, ok? Jangan suka self-diagnose ya. 😔

    Atau kita bisa melakukan aktivitas lain atau menjalankan hobi, seperti misalnya melukis, main games, baca buku, nonton film atau join online class, dsb. Favoritku adalah tidur siang, baca buku dan nonton film.

    ***

Gimana cara kalian hidup lebih nyaman? Boleh sharing di kolom komentar agar hidup kita bisa lebih nyaman dan santuyyy! 😂💃💃




Komentar

  1. Setuju banget.. duh 2020 itu memang terlalu~~

    Aku biasanya menulis jurnal untuk membuat hidup lebih nyaman haha.. apalagi tahun ini banyak uneg-uneg yang dirasakan karena covid. Dikit-dikit jadi sering nulis kegelisahan (hasek) hidup ini. Abisan mau gimana lagi, cerita ketemen juga gimana... so journaling definitely helps me a lot <3

    BalasHapus
  2. Untuk cara membuat hidup lebih nyaman di internet, aku setuju banget dengan Intan. Dengan meng-unfollow akun-akun yang udah nggak relate lagi sampai deactive account kalau memang udah ngerasa nggak nyaman. Aplikasinya sendiri sih nggak ada salah apaa-apa, hanya penggunanya aja yang membuat social media itu menjadi toxic 😂 aku sendiri udah nggak punya IG pribadi semenjak tahun lalu dan aku sendiri ngerasa lebih enak dan nyaman untuk hidup tanpa IG sih soalnya kalau IG pribadi kan kebanyakan isinya teman-teman ya, kalau mau diunfollow tuh nggak enak hati nanti dikira musuhin mereka jadi aku aja yang pergi 😂 eaaa.

    BalasHapus
  3. Aku jarang main sosmed, paling hanya punya Facebook saja, itu juga karena banyak teman blogger yang punya FB. Kalo Twitter atau Instagram sampai sekarang belum punya.

    Punya Facebook juga jarang dibuka tiap hari, paling hanya kalo perlu saja, seminggu dua atau tiga kali. Kalo lihat beranda FB juga slow saja karena memang kebanyakan hanya teman blogger yang isinya paling posting artikel, ada sih yang share jualan online tapi tidak banyak, jadinya menurutku tidak terlalu toxic sih.

    Benar sekali, sebaiknya memang unfollow akun akun yang sekiranya memberikan dampak negatif atau kurang bermanfaat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hi mas Agus,

      Wah enak juga kalau isi timeline slow gitu. Nggak ribut juga hehe

      Hapus
  4. Halo Intan, salam kenal :) aku juga suka unfollow akun-akun yang menurutku udah ngga related dan ngga membawa dampak baik untukku. Sedih sih, soalnya awal-awal mereka berguna banget tapii lama-lama kok malah cuma bikin berat kepala...

    akhirnya aku selalu isi timeline ku dengan akun-akun yang berkaitan dengan self-healing dan tidak memfollow akun berita karena bikin makin berat hari-hari aja. Cukup baca berita dari situsnya langsung.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hi mbak, salam kenal juga :)

      Iya, awalnya ada akun-akun yang asik. Terus lama kelamaan jadi rada gimana gitu ya, hehe

      Hapus
  5. Setuju banget, sosial media atau apapun lainnya jadi toxic itu tergantung kitanya sendiri sih menurutku juga. Kalau kita bisa kontrol apa aja yang perlu dan ga perlu kita lihat, aku yakin sosial media ga akan jadi toxic 😊

    Aku juga melakukan 2 hal yang dilakukan Intan, mute keyword (yang udah ga terhitung berapa banyaknya haha) dan unfollow atau block sekalian akun-akun yang cuma bikin pikiran makin negatif ehehe.

    Oh sama satu lagi, aku ga tau sih.. Tapi beberapa teman yang pakai twitter suka ngeluh sama apa yang di 'liked' akun following-nya. Di timeline twitterku sendiri liked dari orang-orang ga pernah muncul haha.. Kayaknya ini pengaruh dari logo bintang di pojok kanan atas home twitter di mana kita bisa milih tweets yang muncul di timeline itu sesuai top tweets atau sesuai waktu. Aku pakai yang sesuai waktu bukan top tweets hehe.. Mungkin ini bisa membantu 😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hi mbak, makasi utk sarannya. Coba deh nanti pake bukan yg top tweet

      Hapus
  6. Haloo Mba Intan, akhirnya sempat juga mampir ke sini :D

    Waktu Covid-19 mulai mewabah di Wuhan, terus melihat beberapa video testimoni warga di sana, aku sama suami sempat membatin, "gimana ya jadi mereka yang ada di sana? ngeri banget sih ada wabah kayak gini". Months later, who knows Indonesia dan hampir seluruh bagian dunia kena oleh si virus Corona ini T_T

    Sejak corona udah masuk Indonesia, aku mulai log out dari Twitter, Mba. Toxic banget timeline di sana, semua marah-marah doang 😂 di Instagram sebetulnya nggak ada beda, sih. Baru belakangan ini aku mulai mute beberapa akun yang 'berisik', terus unfollow beberapa akun yang udah nggak terlalu berfaedah. Lumayan lah sekarang tiap buka Instagram sedikit lebih damai bawaannya 😁

    Menurutku kalau mau tau berita terkini, lebih baik baca portal berita aja. Kalau ngikutinnya dari netijen, aduh nggak ada habisnya deh, susah dapet posisi yang netral hahahaha jadi sekarang aktifitas internetan aku cuma sebatas blog, youtube dan sesekali main Instagram aja hihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener mbak, kalau ngikutin netijen adaaa aja berita di Twitter, entah itu berfaedah atau nggak 😂

      Sip sip, makasi sarannya!

      Hapus
  7. Halo Kak Intan!
    Kunjungan perdanaku ke sini..

    Postingannya menarik nih, tentang cara hidup lebih nyaman.
    Karena ini 2020 dan bisa dibilang internet dan sosmed merupakan bagian hidup, bisa dibilang, aktivitas di internet sangat mempengaruhi pola pikir kita sekarang.

    Apa yang kamu jabarkan biar hidup nyaman, bisa dibilang sama nih pendapatnya..
    Aku saat ini lagi diet sosmed, khususnya instagram. Dari laporan screen time, waktuku lumayan terpangkas untuk bermain instagram.
    Sebenernya sejak setahun terakhir ini konsumsi instagramku aku batasi 4 jam sehari, terus aku cut lagi jadi 2 jam sehari mulai bulan ini. Mau meninggalkan sepenuhnya, tapi belum bisa karena kedepannya aku butuh instagram untuk bekerja. Jadi sekarang kalau mau pakai IG sambil buat research.
    Untuk portal berita, aku usahakan baca yang kredibel. Aku juga mematikan notifikasi sosial media dsb supaya aku g terpicu buat main sosmed dan akhirnya nggak ngapa-ngapain.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo, salam kenal juga mbakkk :D

      Iya sih Instagram gila-gilan wkwkwk. Iya sekarang juga udah mulai aku kurangin Instagram, tapi kalau liat olshop yg jual barang2 lucu jadi suka lupa waktu hehe..

      Hmm, mungkin aku juga bakal cari app/cara utk evaluasi penggunaan waktu buat main sosmed kali ya, makasi mbak sarannya! :D

      Hapus
  8. Halo mbak intan, salam kenal. Pertama kali saya berkunjung ke blog ini. cara ku mungkin tidak berbeda jauh dengan teman2 yg udah komen di atas. aku mulai mengurangi maen medsos, di sana banyak teman temanku yg mulai posting kerjaannya lah, jalan jalan ke sini dan sana dsb. walaupun sebenernya saya jg ga peduli sama kehidupan mereka sih haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai, salam kenal juga :D

      Wkwkwk... medsos emang isinya begitu sih mas, kadang ada yg penting, kada nggak hehe

      Hapus

Posting Komentar

Postingan Populer