Gunung Merbabu and Its Beauty

Ok folks, sebenarnya ini adalah post dimana aku sedang kangen naik gunung :( tapi aku akan juga bagi tips ke kalian kalau kalian mau ke Gunung Merbabu atau lagi pertama kali naik gunung secara umum (I'm not expert tho 😪). 

Brave your self, post kali ini bakal panjang! 💪

 
 
Gunung Merbabu adalah gunung berapi bertipe strato yang terletak di Semarang, Boyolali, Magelang (Jawa Tengah). Gunung Merbabu memiliki ketinggian sekitar 3.145 mdpl. Gunung Merbabu memiliki beberapa jalur pendakian, yaitu : Jalur Kopeng Thekelan, Jalur Selo, Jalur Wekas, Jalur Kopeng Cunthel, Jalur Suwanting.

Awal cerita kenapa bisa sampai kesana, waktu itu 2019 aku belum merasakan yang namanya liburan semester karena habis ikut kepanitiaan ospek di kampus, makanya langsung memutuskan untuk ke Gunung Merbabu. Mumpung lagi ada uangnya juga hehe...

Aku kemarin ke Gunung Merbabu itu ber 6 dan lewat Jalur Selo. Jalur Selo ini (btw, aku ke Gunung Merbabu cuma pernah lewat Jalur Selo aja) letaknya ada di Boyolali, Jawa Tengah. Dari Jogja, aku ke rumah temenku yang di Magelang lalu langsung cabut ke Boyolali. Banyak drama motor pokoknya, pake acara mogok segala. Jadinya aku dan temanku yang rencananya sampai di Boyolali sekitar jam 8, jadi molor sampai 2 jam 😂Setelah istirahat sebentar, kami mulai naik itu sekitar setelah dhuhur. Jam 12 di kaki Gunung Merbabu udah <15 derajat celcius, mau wudhu aja rasanya mager *eh

Waktu sunrise (sebenarnya ini jam 6.30 am WKWKWK)

Oya, Gunung Merbabu ini tergabung dalam Taman Nasional Gunung Merbabu (TNGMB) dan ada kawasan hutan nya juga. Jadi, kalau kalian mau ke Gunung Merbabu bisa daftar secara online. Enak kan ya? Dan, sebelum naik isi tas carrier juga harus di cek, yang jelas adalah TIDAK BOLEH BAWA TISU BASAH.

😔 Iya, aku awalnya rada sedih karena terbatasnya ketersediaan air (di Jalur Selo tidak ada mata air), jadi aku sangat mengandalkan tisu basah kalau naik gunung. Tapi setelah aku baca-baca ternyata tisu basah butuh waktu bertahun-tahun untuk bisa terurai. Jadi, kami hanya diperbolehkan membawa tisu biasa aja. Oya, di Indonesia memang sudah ada beberapa pendakian gunung yang melarang penggunaan tisu basah. Kalian bisa cek aja di internet, ok?

Well, di Jalur Selo ini SANGAT AMAT BERPASIR jadinya akan sangat BERDEBU. Serius, aku nyesel kenapa nggak pake masker dobel waktu kesana, karena memang se-berdebu itu. Dan ada monyet nya (atau kera ya? Aku kurang bisa membedakan). Jadi, kalau kalian lagi istirahat dijaga barangnya biar nggak diambil oleh monyet-monyet disana ya! Di Jalur Selo (kalau beruntung) bisa ketemu sama bunga edelweis dan setelah dari pos 2 bakal disuguhkan pemandangan savana yang sangat luas (ini cantik banget sih). Untuk sebelum pos 2 hanya hutan saja, savana belum terlihat.

Dari loket pendaftaran sampai ke pos 2 kami membutuhkan waktu sekitar 4-5 jam dan akhirnya nge-camp di pos 2 aja karena waktu sampe sana sudah malam, tidak mungkin dong nekat malam-malam lanjut ke pos selanjutnya :( Kemudian, rencana kami ke puncak itu setelah sarapan. Dan, lagi-lagi Jalur Selo emang BERPASIR DAN BERDEBU. Untuk sampai ke puncak kira-kira butuh waktu 3-4 jam, karena pegel cuy..... aku bahkan sampai ketiduran di atas wkwkwk, awalnya bener-bener mau nyerah udah capek banget padahal tinggal dikitttt lagi udah sampai puncak. Tapi karena disemangatin terus (dan tidak mungkin aku turun sendiri tanpa bekal apapun), akhirnya sampai puncak!

Aku rada lupa sih nama puncaknya apa, yang jelas kami cuma 10-15 menit aja diatas dan langsung turun. Gimana rasanya turun gunung tapi medannya berpasir dan berdebu? Ya perosotan tapi alasnya pake sepatu 😂 Sudah, itu cara paling cepat dan paling berbahaya (jangan ditiru ya teman-teman, kalau tidak hati-hati nanti keseleo dan susah untuk perjalanan selanjutnya, ya). 

Waktu ke Gunung Merbabu kemarin, itu adalah pertama kali nya aku turun waktu keadaan sudah gelap (iya, gelap. Nggak ada matahari). Jadi rasanya lebih ngeri aja karena penglihatan jadi terbatas, dan medan nya tidak berubah, tetap berpasir dan berdebu. Kami sampai ke basecamp sekitar jam 1 pagi~

 ***

Well, sebenarnya aku sudah pernah ke Gunung Merbabu sekitar tahun 2015. Cuman, sudah rada lupa aja lewat jalur apa dan gimana situasinya. Ok folks, dibawah ini adalah ringkasan tips untuk mendaki gunung yang berhasil aku tampung dalam benakku dan berdasarkan pengalaman pribadi, yaitu :

  1. Sebelum naik gunung, wajib olahraga.
  2. Untuk jalur pendakian, kalian bisa baca review di internet untuk masing-masing jalur nya ya.
  3. Persiapkan peralatan yang dibutuhkan dan jangan lupakan printilan-printilan kecil.
    Kalian bisa cek di Youtube cara packing tas carrier biar makin nyaman kalau bawa. Karena kemarin    berat tas yang aku bawa sekitar 20 s/d 30 kg.
  4. Perhatikan outfit.
    Inget ya, kalian ke gunung. Bukan ke mall atau ke pasar.
  5. Cek prakiraan cuaca.
    Waktu terbaik untuk naik gunung menurutku adalah saat musim kemarau. Kalau kalian nekat saat musim hujan, pastikan kalian bawa jas hujan dan jangan lupa lindungi badan, kaki dan barang bawaan kalian! Karena itu adalah modal kalian untuk hidup di atas. 😁
  6. Bawa logistik yang cukup
    Jangan makan mi terus, ok? Sampe rumah kalian bisa sembelit.
  7. Jangan pernah meninggalkan sampah, apapun itu.
  8. Jaga barang kalian!
    Sepatu sandalku hilang di area camping, kayaknya diambil sama hewan-hewan disana deh 😓
  9. Jangan lupa bawa tabir surya, kacamata hitam dan masker
    Oya, kalau kalian nggak mau gosong kulitnya, wajib banget pakai tabir surya. Dan, tutupi SEMUA tubuh kalian yang sekiranya bisa terekspos sinar matahari. Iya, SEMUA NYA. Hehehe....
  10. Bawa uang cash yang cukup
  11.  Jangan lupa berdoa dan saling jaga!


     
     
    Gunung Merbabu ini gunung yang cukup aku suka dan bikin pengen ke sana lagi! 😆 Walaupun kesempatan untuk naik gunung itu jarang karena satu dua hal, tapi kalau ada yang ajak ke Gunung Merbabu mungkin akan langsung aku sambut dengan baik. 
     
    Tiap naik gunung jarang ambil foto karena keburu capek dan pengen menikmati aja suasana nya dan menyimpannya di dalam memori 💖. 
     
     

     
     
     
     
     
    **Well, I have a trouble terkait font dalam tayangan post ini. Kok bisa beda ya? Ada yang tau kenapa sebabnya? Tadi sudah aku setting ke default tapi sama aja. Mohon penceharan teman-teman!

Komentar

  1. Hi mba Intan,

    Saya selalu suka baca cerita perjalanan ke gunung meski saya pribadi bukan anak gunung dan nggak pernah ke gunung 😆 however, cerita perjalanan ke gunung yang sering teman-teman bloggers bagikan membuat saya turut merasakan suka dukanya 😍

    Hehehe. Dari cerita mba, saya pun bisa punya bayangan prosotan di pasir berdebu bagaimana. Pastinya ribet dan bisa 'nyungsep' kalau nggak punya skill profesional atau terguling jatuh ke bawah? Hahahaha. Seru yaaah, jadi punya cerita yang bisa dibagikan ke anak cucu kelak 😁💕

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hi juga mbak,

      Hehehe makasi kalau misal mbak juga menikmati :D

      Sudah tidak terhitung mbak kepleset, nyungsep dkk wkwkwk. Ya gimana, karena tidak ahli dan pengen cepet2 tidur dan makan di tenda juga sih hehe..

      Hapus
  2. Jadi pengen naik ke Merbabuu hiks.. Dulu temen-temenku sering ngajakin mendaki merbabu tapi waktu itu aku belum suka traveling ataupun naik gunung haha 😂
    Ah pengen banget pergi ke Merbabu, semoga setelah covid bisa terwujud ya haha. Seriusan deh baca ini langsung kangeeen gunung huhuu

    Emang tisu basah itu bisa ngerusak lingkungan karena mengandung serat seperti plastik. Sewaktu aku mendaki Gunung Prau juga gitu, ngga boleh bawa tisu basah, eh bener waktu aku sampe puncak, banyak banget sampah tisu basah disana, Sedih bangeet aku ngeliatnya 😢

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbaak, kalau ada uang lebih sudah impulsif ingin naik gunung. Tapi kadang ada kendala juga satu dua hal. Bener si kalau gak ada covid, habis KKN mungkin langsung gas 😂

      Iya si mbak, kadang masih nemu tisu basah tapi kayak tersembunyi di sampah2 lainnya, jadi kayak ketumpuk dan rada bikin jijik juga sih dan jadi kotor kan, untung udah ada beberapa yang melarang.

      Hapus
  3. pertama kali buka blognya, kirain blog gue uy
    ternyata template nya yang sama
    hahaha

    sampai sekarang, kayaknya gue enggak ada niatan buat bisa naik gunung deh. kalau pun iya, kayaknya ke bromo aja deh. cukup liat dari jauh aja udah cukup. kalo gue sih ya.
    apalagi ada kera gitu ya pas di sana? gue punya pengalaman buruk soalnya.

    ini emang font nya beda gitu ya? setelah paragraf awal-awal, selanjutnya font nya jadi beda.
    btw, gue buka dari komputer sih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nggak pa-pa mas, preferensi wisata orang beda-beda, yang penting dibawa senang aja :D

      Wah bromo kayaknya cantik, aku malah belum pernah kesana 😂

      Iya mas, aku ini font nya beda, nggak tau juga kenapa. Aku buka lewat PC juga sih.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan Populer